"Pemulihan untuk menambal lubang tersebut akan berdampak kebalikannya. Pada dasarnya hal ini akan mempercepat proses pemanasan di belahan bumi bagian selatan," kata ahli atmosfer dari University of Leeds, Ken Carslaw. Lubang pada lapisan ozon ditemukan di angkasa wilayah Antartika pada pertengahan 1980. Temuan ini langsung menuai peringatan yang meluas secara global. Pasalnya, ozon memainkan peranan penting dalam melindungi kehidupan Bumi dari efek radiasi ultraviolet yang merusak.
Chlorofluorocarbons, bahan kimia pada lemari pendingin dan kaleng penyemprot aerosol dituding sebagai biang keladi kerusakan ozon. Di bawah protokol internasional pada 1987, berbagai negara serentak melarang penggunaan bahan tersebut guna memperbaiki lubang ozon di wilayah Antartika. Peneliti lainnya, Judith Perlwitz dari University of Colorado menyebutkan, meski lapisan ozon berangsur pulih, emisi gas rumah kaca diperkirakan akan terus berkembang dan kian meluas.
Dia memprediksi bahwa peningkatan temperatur akan menyebabkan kecepatan angin turut meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini berdampak sama dengan efek pembentukan awan yang dimiliki lubang ozon saat ini. "Masa depan Bumi tidak hanya ditentukan oleh perbaikan lubang ozon. Tapi perlu diperhatikan juga bahwa kita semakin meningkatkan penggunaan gas rumah kaca yang berdampak pada peningkatan kecepatan angin dari tahun ke tahun," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar