Ramadan telah berlalu, lalu apakah kita kembali suci atau menjadi manusia yang menyesali karena hari-hari puasa dilalui tanpa arti, tanpa usaha peningkatan diri, dan tanpa pendekatan kepada Ilahi.
Pada diri kita sendiri jawaban itu bisa dicari dan ditindaklanjuti. Dalam introspeksi diri, kita menimbang apa yang telah kita beri? Apa yang harus kita kurangi? Apa yang harus kita perbaiki? Apa yang selama ini kita cueki? Apa yang harus kita peduli? Ramadan bulan menghisab diri agar setelah bulan suci pergi kita menjadi manusia sejati.
Setelah berpuasa, semoga kita sadar bahwa sia-sia saja mencari kebenaran di luar jalan agama karena hanya Allah yang menjamin kepastian kebenaran, karena akal pikiran manusia hanya janjikan kebenaran nisbi yang mungkin benar, tapi mungkin juga salah.
Karena tanpa kepastian, manusia akan menghabiskan umur pendeknya hanya untuk mencari-cari tanpa pernah bertemu kebenaran sejati. Hanya agama yang memberi jalan yang lapang dan lurus pada manusia untuk meraih kebenaran. Bila manusia teguh beriman kebahagiaan akan malu bila tak menjadi teman sejatinya.
Puasa melatih diri untuk tidak meletakkan bahagia pada pencari materi karena bahagia bergantung materi adalah semu dan sumber kekecewaan hati, karena begitu manusia mencapainya akan segera disadarinya bahwa bahagianya sirna bersama diraihnya benda-benda yang didambakan.
Karena rahasia dan bahagia sejatihnya ada pada agama lurus dan iman yang kuat, serta dipegang dan bakti pada Allah tiada bandingan.
Semoga Ramadan kita kali ini benar-benar bermakna dan segala amaliyah kita selama Ramadan diterima oleh Allah SWT, serta kita mendapatkan kemenangan sejati di hari yang fitri. Amien.
sumber tulisan: ramadan.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar